jelaskan nasihat santo paulus di roma
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban ibrahimpataudi89
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladan bagimu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka , kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita terdapat di dalam surga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Karena itu, Saudara-saudara yang kukasihi dan kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai Saudara-saudaraku yang terkasih! (Flp 3:17-4:1).
Bacaan Injil: Luk 16:1-8
Paulus seringkali berbicara mengenai dua jalan yang dapat kita tempuh dalam mewujudkan hasrat kita untuk menyenangkan Allah: Jalan pertama yang didasarkan sekadar pada upaya menepati aturan hukum secara lahiriah, dan jalan kedua yang didasarkan pada hati yang taat dan merendah. Ketika dia berbicara tentang mereka yang hidup sebagai “seteru salib Kristus” (Flp 3:18), maka Paulus sebenarnya mengacu pada sekelompok kecil (namun berpengaruh) orang-orang Kristiani (ex Yahudi) yang sangat rajin dalam melaksanakan rituale-rituale Yahudi dan mencoba untuk meyakinkan orang-orang Kristiani lainnya – baik non-Yahudi maupun Yahudi – bahwa mereka harus menepati hukum Musa.
Kalau kita pertimbangkan bahasa yang digunakan oleh Paulus, maka kita dapat berpikir bahwa sang rasul berbicara mengenai para pendosa yang paling buruk, namun sebenarnya yang dimaksudkan olehnya adalah orang-orang Kristiani. Dengan sengaja Paulus memilih kata-kata keras untuk menunjukkan betapa destruktifnya meremehkan serta mencemarkan kuasa salib Yesus yang telah membebas-merdekakan kita dari dosa. Sebaliknya, Paulus berbicara kepada mereka yang menerima keselamatan dengan rendah hati dan hati yang terbuka. Ini adalah orang-orang yang menanti-nanti dengan sabar janji Allah agar dipenuhi dalam kehidupan mereka. Jalan pertama akan menggiring kita kepada kehancuran, sedangkan jalan salib Kristus membawa kita kepada suatu transformasi ke dalam keserupaan dengan tubuh mulia Kristus sendiri.
Perbedaan antara kedua jalan ini ditentukan oleh kondisi hati, dan Paulus merujuk kepada kehidupannya sendiri sebagai contoh dari suatu disposisi yang layak dan pantas. Paulus bukanlah orang yang berpaling ke belakang untuk terus-terusan melihat hidupnya di masa lampau, kemudian bermimpi seandainya saja jalan hidupnya berbeda. Di dalam penjara sekali pun, dan pada saat yang bersamaan masih menghadapi oposisi yang kuat, pandangan Paulus tetap terarah pada transformasi yang dijanjikan kepada siapa saja yang menaruh kepercayaan dan pengharapannya kepada Kristus Yesus, Tuhan dan sang Juruselamat.
Bagaimana kita secara praktis dapat meniru Paulus dan semua orang kudus masa lalu lainnya? Tentu dengan sekali lagi mengkomit diri kita kepada resolusi-resolusi spiritual yang akan menjaga hati kita agar tetap terbuka bagi karya Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita berbicara mengenai komitmen spiritual, maka hal ini mencakup (1) doa-doa pribadi setiap hari pada saat-saat prima yang disediakan sepenuhnya (hanya) bagi Allah; (2) pemeriksaan batin setiap malam yang dilakukan secara teratur. Di sini kita mohon agar Roh Kudus mengungkapkan kepada kita di area-area kehidupan kita yang mana saja Allah ingin mengubah kita; (3) Pembacaan dan permenungan atas sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci. Pembacaan serta permenungan Kitab Suci ini haruslah dilakukan dalam suasana doa. Sebelum memulainya mohonlah seharusnya kita mohon kepada Roh Kudus untuk menerangi hati dan pikiran kita tentang apa yang kita akan baca serta renungkan; (4) Penyiapan sebuah rencana untuk membantu pertumbuhan spiritual kita yang mencakup juga partisipasi kita dalam kehidupan gerejawi.
DOA: Roh Kudus Allah, bangkitkanlah kemauan dan kemampuan kami untuk mengkomit kembali diri kami kepada resolusi-resolusi spiritual kami. Kami percaya bahwa Engkau akan memberdayakan kami agar dapat mengasihi Allah dan sesama kami dengan lebih mendalam lagi. Amin.
Cilandak, 4 November 2010 [Peringatan S. Karolus Borromeus, Uskup – Angg